Pelanggan Yang Izin Libur Cuti Kepada Tukang Sari Kacang Ijo


Selama lebih kurang dua tahun jualan sari kacang ijo yang saya beri merek Joss di Kawasan Industri Candi (KIC) Semarang, baru kali ini saya mendapati pelanggan yang mengabari saya libur cuti. Saya sempat berpikir, apa pentingnya coba, dia mengabari saya soal libur cutinya? Dan beberapa menit kemudian, saya baru menyadari bahwa dia adalah pelanggan yang baik, hehehe.

Lha kok baik? Gini ya, pelanggan saya ini memang bukan pelanggan biasa. Hampir setiap hari dia beli Joss. Bukan hanya satu, tapi dua bungkus. Dan beberapa pekan belakangan, dia membeli Joss hingga empat bungkus. Lha kok banyakmen, apa ndak kembung tuh pelanggan? Ya dia sih minumnya hanya sebungkus, sisanya ternyata titipan teman sekantornya.

Pelanggan perempuan berkacamata dan berkerudung ini biasanya beli Joss sekira jam 08.30 WIB. Dia biasanya memboncengkan teman sekantornya. Tapi di lain waktu dia juga menunggang Mio J hijaunya sendirian. Sering saya tanya, kok sendirian nggak sama temannya? “Lagi bertengkar ya, Mbak?” selorohku. “Nunggu temanku dateng lama mas, ya tak tinggal wae soale kalo nunggu dia aku malah telat masuk kantor,” kata dia.

Rupanya si mbak ini tiap hari harus menunggu temannya di persimpangan bangjo Krapyak. Temannya itu meluncur ke tempat kerja dari Salatiga mengendarai bus jurusan Solo-Semarang, lalu turun di tol Krapyak. Lha kalau teman yang ditunggu nggak kunjung nongol, dia bisa telat masuk kantor. Kalo telat masuk kantor lebih dari jam 08.30 WIB, gajinya bisa dipotong. “Potongan e sampe Rp50.000 mas,” kata dia. Yah, lumayan juga sih ya kalo tiap hari telat, kan sama aja kehilangan uang Rp50.000.

Awal-awal jadi pelanggan, si Mbak dan temannya ini sering kehabisan Joss. Maka dari itu suatu hari dia bilang ke saya kalo sebelum dia datang, sebaiknya Joss udah disiapin dulu di dalam tas kresek sehingga dia tinggal nyangking dan nggak perlu nunggu saya mengemas Joss. Dengan begitu, mereka berdua nggak perlu buang waktu hanya untuk nunggu saya ngemas si Joss. “Pendak ndina aku gelem tuku, mas, asal wes disiapke. Rong bungkus sik wae,” kata dia.

Sejak itu, setiap hari sekira jam 08.15 saya sudah menyiapkan dua bungkus Joss untuk dibawa si Mbak. Dayat, adik saya, awalnya bertanya-tanya kenapa Joss kok harus dibungkus dulu, padahal kan biasanya kalo udah ada order dari pembeli baru dibungkusin. “Halah wes menengo, mengko lak ana sing tuku,” jawabku singkat.

Beberapa pekan belakangan, si Mbak nambah pesanan jadi empat bungkus. Alhamdulillah, saya senang. Senang karena omzet meningkat dan senang karena semakin banyak orang yang menyukai sari kacang ijo bikinan saya.

Pernah suatu kali si Mbak beli Joss dua bungkus. Tapi di tengah jalan Jossnya jatuh. Akhirnya dia nggak bisa menikmati Joss yang sudah dia beli. Besoknya dia cerita ke saya kalau plastik kresek yang buat wadah Joss nggak kuat.

Dua hari berikutnya dia beli Joss lagi dua bungkus. Tapi saya menolak Joss pagi itu dibayar. Saya otot-ototan sama dia agar Joss nya tidak perlu dibayar. Saya taruh kembali uangnya ke dalam laci motor Mio J. Tapi uang itu ia ambil lagi dan memaksa saya untuk menerimanya. Tapi saya nggak mau. Saya berargumen kalau Joss itu sebagai pengganti Joss yang sudah jatuh dua hari yang lalu.  Berkali-kali dia menolak uangnya saya kembalikan, tapi akhirnya luluh juga. “Lha kowe rugi tho mas,” kata dia. Kujawab insya Allah nggak rugi.

Saya justru mikir biarlah saya tidak dibayar pelanggan saya karena kesalahan yang saya perbuat. Menggratiskan dua bungkus Joss kepada pelanggan setia saya itu sama sekali nggak rugi. Merugikan pelanggan itu justru menjadi kerugian terbesar bagi penjual kecil seperti saya. Dan membalasnya dengan sesuatu yang lebih dari ekspektasi itu adalah balasan yang setimpal bagi pelanggan setia yang sudah saya rugikan.

Kejadian Joss jatuh itu murni bermula dari kesalahan saya karena saya telah memakai tas kresek yang tidak kuat. Saya biasanya membeli tas kresek bening dengan jenis plastik HDPE. Tapi karena plastik yang biasanya habis, akhirnya saya memakai plastik HDPE seadanya namun lebih tipis.

Yah, itulah salah satu cara saya merawat pelanggan agar tetap setia dan percaya kepada kita, dan bagaimana mengkonter kesalahan yang kita lakukan, lalu membalasnya dengan pelayanan yang lebih baik. Begitulah seninya menjalankan bisnis. Kita gak akan menyangka apa yang akan kita dapatkan dan bagaimana menghadapinya. Seperti saya tadi, sebenarnya saya bingung dan merasa berdosa kalau tidak berbuat sesuatu kepada pelanggan saya karena kesalahan yang saya lakukan. Dan akhirnya baru dua hari kemudian saya bisa memberikan layanan ke pelanggan.

Semoga para pelanggan saya selalu diberi kesehatan, rejeki yang berkah dan keluarga yang bahagia.

Komentar