Cerewet. Itulah aku saat kecil.
Simbah, kedua orangtuaku, paklik dan pakdhe, memiliki kesimpulan yang sama
tentangku saat kecil. Cerewet.
Bukan hanya itu, saat kecil aku
juga sering mengeluarkan celoteh yang dianggap aneh bagi beberapa orang.
Inginnya A, tapi aku bilangnya B. Bahkan celotehan, yang aku sendiri tidak
ingat apakah aku pernah mengatakannya, itu dianggap lucu bagi keluargaku. Sebab
celotehanku itu beda dengan celotehan anak-anak balita seumuranku, saat itu.
Kata simbah putri, Mbah
Maryatun, aku ini tergolong unik. Beda dengan adikku atau adik sepupuku. Aku
sendiri kadang geli bila mendengar celotehan yang dikatakan oleh orang-orang
yang pernah penyaksikanku kala kecil. Kini aku sudah besar. Bukan anak kecil
lagi. Saat kumpul bersama keluarga, kadang mereka terngiang dengan celotehku
itu. Selalu dan selalu celotehku yang dibahas. Bukan celoteh adikku, paklikku,
atau ibuku.
Aku sendiri kadang tersipu malu
bila mengingat masa-masa yang kini aku sudah lupa. Inilah sejumlah celoteh
aneh, yang sebenarnya, menurutku juga aneh. Nggak nyambung banget. Hihihi..
Atu iga cur = pipis
Ini aku katakan ketika aku minta
pipis. Kata Mbah Rayi, saat ditatur, beliau selalu bilang “Satu, Dua, Tiga,
Cuuuurrr”, sebelum aku mengeluarkan air kencing. Tepat ketika simbah mengatakan
kata Cuurrr, biasanya aku juga langsung pipis. Karena itu, saat aku ingin
pipis, yang terngiang di benakku bukan kata pipis, melainkan aba-aba itu.
Ada cerita menarik tentang
aba-aba ini. Menurut Bapakku, saat aku diajak menginap di rumah Simbah Weleri
di Kendal, malam-malam aku kebelet pipis. Kala itu aku tidur bersama Simbah
Weleri, bukan dengan Bapak dan Ibu, yang juga ikut serta ke Kendal. Mungkin
saat itu Simbah lagi kangen berat sama aku kali ya, sehingga beliau
menginginkanku tidur dengannya, hehehe. Emang aku ini ngengeni kok, hahaha.
Malam-malam, aku tiba-tiba
nangis dan teriak ‘atu iga cur’ berkali-kali. Tapi simbahku tidak menggubris
karena tidak tahu apa yang aku maksud. Karena tidak tenang, akhirnya aku
ngompol di kasurnya simbah, hihihi. Sejak kejadian itu, lalu simbahku mengerti
kalau aku mengatakan kode itu, berarti aku ingin pipis.
Tontetan = loreng-loreng
Dulu, katanya aku suka sekali
dengan kaus bermotif loreng garis-garis panjang. Entah dari mana, aku
menyebutnya tontetan. Ah, benar-benar nggak nyambung. Bila diajak pergi,
katanya, aku selalu menginginkan tontetanku. Totentan favoritku kala itu yakni
kaus loreng garis merah-putih. Aku tahu karena orangtuaku pernah memotretku, di
atas sepeda, mengenakan kaus itu. Aku begitu manis kala itu, hahaha.
"Aku tahu karena orangtuaku pernah memotretku, di atas sepeda, mengenakan kaus itu."<<<<--- Mana fotonya?? Mestinya dipasang tuk melengkapi tulisan :D
BalasHapus