Mungkinkah orang mencuri setelah shalat?


Mungkinkah orang mencuri setelah shalat? Bisa jadi iya, itu bisa terjadi. Ceritanya begini. Dalam sebuah perjalanan malam dari Semarang ke Solo, jarum penunjuk bahan bakar motor saya menunjukkan telah kosong. Saya pun membelok ke kanan, ke sebuah pom bensin kanan jalan. Pom bensin itu terletak sebelum Mapolsek Tuntang.
Pada saat itu waktu telah menunjukkan sekitar pukul 19.00 WIB. Saya belum shalat maghrib dan isya. Setelah mengisi bensin tiga liter, saya langsung memarkir motor dekat mushalla. Saya menuju toilet untuk kencing. Lalu memutar menuju tempat wudhu. Tempat ibadahnya berjarak sekitar tiga meter dari tempat wudhu.
Setelah wudhu, saya menuju ke mushalla. Saya bingung karena tak mengetahui arah kiblat. Biasanya, di tempat umum seperti itu, ada penunjuk arah kiblat. Tapi saya cari-cari, ternyata tidak menemukan penunjuk arah kiblat. Akhirnya, saya pilih berdiam diri dulu, sembari menunggu orang untuk shalat di tempat itu.
Di salah satu dinding mushalla, saya melihat tiga buah gambar kaligrafi. Satu gambar di tengah berdiri tegak gambar makkah. Sebelah kanan kaligrafi bertulis Allah, dan sebelah kirinya bertuliskan Muhammad. Aku membatin, mungkin dengan menghadapkan diri ke arah gambar ini, sudah sama dengan arah kiblat shalat. Ah, daripada ragu, aku lebih memilih untuk menunggu seseorang saja. Belum mantap soalnya.
Tak lama, seorang petugas SPBU berseragam merah, shalat di mushalla. Saya sengaja tidak menjadi makmum baginya, karena saya melihat dia cepat sekali melakukan gerakan shalat. Buatku, cara shalat yang terlalu cepat seperti itu, tidak khusyuk. Ah, siapa pula aku ini, yang tahu khusyuk atau tidak dalam shalat. Melaksanakan shalat saja sudah mendingan daripada tidak shalat sama sekali. Batinku.
Dari petugas itu, akhirnya kutemukan arah kiblat. Ternyata dugaanku sebelumnya benar. Dengan menghadapkan diri ke arah ketiga gambar itu, sudah menunjuk kea rah kiblat. Lega.
Kemudian aku melaksaakan shalat maghrib dan isya di sana. Barang 10-15 menit aku melakukan kedua ibadah itu.
Kala dzikir usai shalat fardhu, aku perhatikan satu per satu gambar kaligrafi itu. Ah, ketiga gambar ini mengusikku. Bukan karena gambarnya terlalu bagus untuk kupandangi. Buatku, ketiganya biasa saja. Sama seperti aku pernah melihatnya di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang, Minggu pagi, saat dijual oleh para pedagang di trotoar pinggir lapangan.
Ukuran ketiganya sekitar 30 cm x 40 cm.  Ketiga gambar itu dibingkai dengan kayu berhias. Namun uniknya, ketiga bingkai itu sama sekali tidak terlihat. Sebab pinggiran gambar itu dilakban coklat. Bahkan cantelan tempat menempelkan gambar itu di dinding, juga ikut dilakban.
Aku tidak sempat menanyakan kepada petugas SPBU perihal itu. Petugas yang shalat di samping seberangku, sudah meningalkan tempatnya. Aku curiga, justru pihak SPBU ingin mengamankan ketiga gambar itu dari tangan-tangan jahil. Para pencuri tentunya. Tapi apa iya, ada orang senekat itu, mencuri barang berupa ketiga gambar di sisi mushalla?
Bisa jadi iya. Pengelola SPBU mungkin berpikir bahwa ketiga barang itu seperti benda paling beharga di sekitar mushalla maupun di dalam mushalla. Karena itu, ketiganya dilakban. Atau, pengelola sudah berkali-kali kecurian barang yang sama, sehingga perlu pengamanan seperti itu. Apalagi, ketiga benda tersebut sangat berguna untuk menunjukkan arah kiblat shalat. Jika tidak ada ketiga benda itu, apa jadinya orang yang akan shalat di sana? Bisa ada orang yang shalat bukan ke arah kiblat, tapi ke arah lainnya.
Tapi apakah mungkin seseorang yang belum atau setelah melaksanakan shalat, mencuri barang itu? Ah, saya juga tidak tahu. Secara ekonomis, ketiga barang tersebut jika dijual mungkin hanya laku berkisar antara Rp 10.000-20.000. Tapi ya tidak tahu jua, barangkali ada orang yang benar-benar butuh duit, lalu mengambil tanpa ijin ketiganya.
Tapi setahu saya, mencuri itu dilarang. Bagi orang beragama maupun tidak, tahu itu. Nggak lucu kan, kalau misalnya ada kejadian tiba-tiba ada orang yang sesudah shalat, kedapatan mencuri kaligrafi mushalla sebuah SPBU yang sangat berguna sebagai penunjuk arah kiblat? Hanya Allah yang tahu.
18 agustus 2011.

Komentar