SAYA INI SIAPA?

Judul yang sederhana, tapi sulit untuk dijawab. Bener nggak?

Dari dulu sampai sekarang, rupanya saya tidak terlalu mengenal diri saya sendiri. Tapi sejak Rabu, 2 September 2015 lalu, saya telah mengetahui siapa saya sebenarnya.

Coach Wiwin Carana, Rabu malam pukul 19.30 itu, memaparkan bagaimana cara mengenali diri, dalam kelas Business Academy #5 di Bakso Kadipolo, Solo. Sebelum mulai memaparkan materi, pria yang akrab disapa Wiwin ini memberikan intro dengan mengatakan bahwa sebelum Anda memulai pekerjaan atau berbisnis, alangkah lebih baik terlebih dahulu memulai mengenali diri.

Sebelum memikirkan tentang branding, marketing dan yang lain, alangkah lebih baik bila semua pengusaha mengenali dirinya sendiri. Begitu kata coach Wiwin yang malam itu rapi jali mengenakan jas hitam.

Mengenali diri ini penting dalam berbisnis, sebab bisa jadi kita ini buta dengan kelemahan diri sendiri, atau sebaliknya kita nggak sadar bahwa kita punya potensi dan kemampuan lebih ketimbang orang lain.

Jangan dulu menyalahkan orang lain, karyawan misalnya, bila bisnis Anda tersendat. Coba koreksi, apakah kesalahan itu berasal dari orang lain, atau berasal dari diri sendiri.

Setelah menguasai ilmu pengenalan diri, sadar di mana kelemahan dan kelebihannya, barulah bisa mengenali karakter orang lain.

Nah malam itu, coach Wiwin membagikan tiga lembar kertas. Dua lembar untuk diisi, lembar lain untuk dibaca. Ah ternyata malam itu kami diminta untuk tes psikologi. Namun hasil tes tersebut bukan untuk orang lain, melainkan untuk kami sendiri, agar kami dapat bercermin dan mengatakan, "Oh, saya ternyata begini tho."

Kami diberi waktu lebih kurang setengah jam untuk membaca sekaligus mengisi lembar kertas tersebut. Satu nomor berisi empat opsi jawaban. Dalam lembar kertas soal terdapat 40 soal. 20 soal tentang kekuatan dan 20 soal lainnya tentang kelemahan. Nah, kami diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling mewakili diri kita. Kalau orang Jakarta bilang, "Ini gue banget!".

Bila di opsi jawaban itu tidak ada yang mewakili siapa diri kita, maka harus dipilih salah satu jawaban yang paling mendekati dengan kepribadian kita. Pokoknya harus pilih salah satu jawaban. Nggak boleh enggak memilih.

Saat membaca beberapa opsi tersebut, kata-katanya agak sulit untuk saya pahami. Kendati demikian, tetap saja saya harus membacanya dan memilih salah satu jawaban.

Menurut coach Wiwin, mengisi lembar tersebut sebetulnya tidak terlalu rumit. Kalau menjawabnya jujur, biasanya lekas selesai, sebab tanpa pikir dua kali sudah menemukan jawaban yang sesuai dengan karakter diri kita sebenarnya. Kalau menjawabnya tidak jujur, biasanya akan lama mengisi lembar kertas itu. Alhamdulillah, saya tergolong orang yang lekas selesai menjawab pertanyaan.

Begitu selesai membubuhkan jawaban, kami diminta untuk memindahkan jawaban tersebut ke lembar yang lain. Di lembar jawab terakhir ini tertulis empat karakter manusia, yakni Sanguinis yang populer, Koleris yang kuat, Melankolis yang sempurna dan Phlegmatis yang damai.

Dari hasil penjumlahan semua poin tadi, saya tergolong Sanguinis (16 poin)-Phlegmatis (13 poin). Sedangkan untuk karakter Koleris saya mendapat skor 4 dan Melankolis mendapatkan nilai 7. Saya sebenarnya sudah familiar dengan keempat istilah itu. Tapi lupa-lupa ingat maknanya.

Dari 40 orang peserta BA#5, jumlah Koleris paling mendominasi, lalu diikuti Melankolis, Phlegmatis dan Sanguinis.

Malam itu, saya sangat memperhatikan penjelasan coach Wiwin mengenai karakter Sanguinis. Katanya, kelompok ini terdiri atas orang-orang yang populer, suka dipuji, suka diperhatikan, senang tampil di depan umum, membuat suasana menjadi ceria, mudah bergaul dan ekspresif. Kaum ini juga tak sungkan untuk mengutarakan pendapatnya.

Tapi, Sanguinis juga memiliki sisi kelemahan. Mereka tergolong orang yang kehidupannya tidak teratur, suka menerima tugas tapi tidak pernah mwnyelesaikan tugas dengan baik, pendendam, pemaaf ulung dan sebagainya.

Mendengar penjelasan dari coach Wiwin, bertubi-tubi kata demi kata yang keluar dari coach Wiwin, menghunjam dada saya. Seolah-olah coach Wiwin bilang, "Hey, Farid, ini lho elo sebenarnya, yang nggak teratur, suka menunda pekerjaan, suka tidak konsentrasi, childish dan lainnya,". Ah, pokoknya kena banget dan jlebb jlebb jlebb deh.

Coach Wiwin malam itu juga menjelaskan tentang gabungan dua karakter. Sanguinis dengan Phlegmatis, misalnya. Orang yang memiliki kombinasi ini, maksudnya saya sendiri, tergolong manusia unik. Di satu sisi ingin tampil oke di depan umum, tapi di sisi lain kadang menarik diri dari khalayak umum. Ah, bener banget ini. Memang sungguh sulit untuk mengendalikan dua karakter yang berbeda. Saling tarik-menarik.

Dari materi tentang personal identity itu, saya jadi semakin tahu apa kelebihan dan kelemahan diri saya. Saya jadi tahu apa yang harus saya lakukan agar kehidupan dan masa depan saya jadi lebih baik daripada kemarin.

Malam itu, mulailah saya merenungkan diri. Apa yang harus saya lakukan agar jadi pribadi yang lebih baik, ya? Di tengah perenungan, saya jadi teringat kritikan yang pernah dilontarkan oleh istriku, Fitria Rakhmawati.

Menurut dia, saya tergolong orang yang disiplinnya kebangetan buruk. Sering telat, lupa menepati janji, mudah teralihkan, jarang tepat waktu dan sebagainya. Terima kasih istriku, kamu telah jujur mengkritik suamimu ini agar jadi pribadi yang lebih baik lagi. Rupanya penilaian istri saya itu klop dengan analisa dari coach Wiwin.

Malam itu juga, saya mulai berjanji pada diri saya sendiri untuk lebih disiplin. Sebab itu, saya lalu membikin jadwal kegiatan sehari-hari yang harus saya taati. Mulailah saya membuat list apa yang harus saya lakukan esok hari.

Damn, baru menulis list saja saya sudah membayangkan bagaimana saya akan melakukan berbagai aktivitas tersebut. Saya semacam mendapatkan sengatan semangat untuk memulai berbagai aktivitas. Saya ingin segera lekas bangun pagi agar daftar yang saya tulis bisa terealisasi. Jadi lebih semangat lah pokoknya.

Well, sepertinya di hari-hari berikutnya saya akan tetap mempertahankan membuat list to do. Bayangkan, pekerjaan yang seharusnya bisa saya selesaikan sepekan yang lalu, ternyata bisa saya lakukan hanya dalam jangka waktu sehari. Ya Allah, ke mana saja sih saya selama ini? Saya jadi heran pada diri saya sendiri deh.

Kelas personal identity malam itu sangat sangat sangat bermanfaat untuk diri saya. Saya jadi lebih mantap menguasai diri saya sendiri dan lebih semangat menghadapi tantangan, hari demi hari.

Komentar

  1. kesadaran diri yang kerennnn...hati yang HIDUP itu mau menerima perubahan ke arah kebaikan......

    BalasHapus

Posting Komentar